Senin, 15 Agustus 2011

GLOBAL WARMING DALAM PERSPEKTIF ISLAM, TEKNOLOGI DAN SAINS

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak dahulu bumi mengalami banyak pembangunan. Pembangunan terjadi sejalan dengan peradaban manusia yang semakin maju dan berkembang. Bersamaan dengan hal itu manusia memiliki kebutuhan yang semakin banyak dan kegiatan industri untuk menghsilkan barang-barang kebutuhan manusia, yang semakin lama semakin meningkat. Sejalan dengan itu hasil-hasil sisa industri yang tidak terpakai atau polutan , semakin meningkat, selain itu eksplorasi hutanpun semakin meluas. Sehingga mengakibatkan keadaan di bumi semakin tidak setabil. Banyak terjadi bencana yang terus-menerus terjadi di berbagai negara. Pada saat ini sering kita dengan istilah global warming atau pemanaasan global. Hal ini menjadi pembicaraan di berbagai negara dan pertemuan-pertemuan penting dikalangan PBB. Pemanasan global ini sudah menjadi pembicaraan baik dalam agama, dunia sains, dan tekhnologi sejak dahulu.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan global warming ( pemanasan Global ) ?
2. Apa penyebab terjadinya global warming ?
3. Apa dampak terjadinya global warming bagi kehidupan ?
4. Bagaimana cara untuk mengatasi global warming ?
5. Apa hubungan antara pemanasan global dengan agama, sains,dan teknologi ?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian global warming
2. Mengetahui penyebab terjadinya global warming
3. Mengetahui dampak global
4. Untuk mengetahui cara mngatasi global warming
5. Mengetahui hubungan pemanasan global

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan di Mata Islam dan Pendapat Para Mufassirin
Pendidikan yang baru dan termasuk paling penting pada masa sekarang ialah pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut berkaitan dengan pengetahuan lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.
Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda’ ra. pernah menjelaskan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah SAW telah diajarkan tentang pentingnya bercocok tanam dan menanam pepohonan serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi adalah termasuk ibadah kepada Allah SWT.
Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an dan As Sunnah yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif. Ada beberapa tentang lingkungan dalam Al-Qur’an, antara lain : lingkungan sebagai suatu sistem, tanggung jawab manusia untuk memelihara lingkungan hidup, larangan merusak lingkungan, sumber daya vital dan problematikanya, peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi karena ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah serta solusi pengelolaan lingkungan .
Adapun As-Sunnah lebih banyak menjelaskan lingkungan hidup secara rinci dan detail. Karena Al-Qur’an hanya meletakkan dasar dan prinsipnya secara global, sedangkan As-Sunnah berfungsi menerangkan dan menjelaskannya dalam bentuk hukum-hukum, pengarahan pada hal-hal tertentu dan berbagai penjelasan yang lebih rinci.

1. Lingkungan Sebagai Suatu Sistem
Suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Atau seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Lingkungan terdiri atas unsur biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan abiotik (udara, air, tanah, iklim dan lainnya). Allah SWT berfirman :
(QS. al-Hijr (15) : 19-20)

          • 
19. Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.

   •     
20. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.

Tafsir ayat diatas:
Prof. Dr. Muhammad Qurish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan, bahwa kalimat وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ “dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”, dipahami oleh sementara ulama dalam arti bahwa Allah swt menumbuh-kembangkan di bumi ini aneka ragam tanaman untuk kelangsungan hidup dan menetapkan bagi setiap tanaman itu masa pertumbuhan dan penuaian tertentu, sesuai dengan kuantitas dan kebutuhan makhluk hidup. Demikian juga Allah swt menentukan bentuknya sesuai dengan penciptaan dan habitat alamnya.
Dalam tafsir al-Muntakhab, ayat ini dinilai sebagai menegaskan suatu temuan ilmiah yang diperoleh melalui pengamatan di laboratorium digunakannya untuk pertumbuhan memiliki kesamaan-kesamaan yang praktis tak berbeda. Meskipun antara satu jenis dengan yang lainnya dapat dibedakan, tetapi semuanya dapat di klasifikasikan dalam satu kelompok yang sama., yaitu setiap kelompok tanaman masing-masing memiliki kesamaan dilihat dari sisi luarnya, demikian juga sisi dalamnyahidup lainnya. Atau bisa juga dikatakan sebagai suatu sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.

2.Pembangunan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT berfirman :
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. 67 : 15)
Akan tetapi, lingkungan hidup sebagai sumber daya mempunyai regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau penggunaannya di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, maka sumber daya terbaharui dapat digunakan secara lestari. Akan tetapi apabila batas itu dilampaui, sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsinya sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan.
Oleh karena itu, pembangunan lingkungan hidup pada hakekatnya untuk pengubahan lingkungan hidup, yakni mengurangi resiko lingkungan dan atau memperbesar manfaat lingkungan. Sehingga manusia mempunyai tanggung jawab untuk memelihara dan memakmurkan alam sekitarnya. Allah SWT berfirman :
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata : “Hai kaumku, sembalah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) dan lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya).” (QS. 11 : 61)
Upaya memelihara dan memakmurkan tersebut bertujuan untuk melestarikan daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara berkelanjutan pertumbuhan dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan. Walaupun lingkungan berubah, kita usahakan agar tetap pada kondisi yang mampu untuk menopang secara terus-menerus pertumbuhan dan perkembangan, sehingga kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita dapat terjamin pada tingkat mutu hidup yang makin baik. Konsep pembangunan ini lebih terkenal dengan pembangunan lingkungan berkelanjutan.
Tujuan tersebut dapat dicapai apabila manusia tidak membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman Allah SWT :
QS. Al A'raaf (7): 56

        •  •      
56. dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita tentang beberapa hal, diantaranya agar melakukan penghijauan, melestarikan kekayaan hewani dan hayati, dan lain sebagainya.
“Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka.” (HR. Abu Daud dalam Sunannya)
“Barangsiapa di anatara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan barangsiapa yang merusak tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari Kiamat.” (HR. Muslim)
”Setiap orang yang membunuh burung pipit atau binatang yang lebih besar dari burung pipit tanpa ada kepentingan yang jelas, dia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.” Ditanyakan kepada Nabi : “Wahai Rasulullah, apa kepentingan itu ?” Rasulullah menjawab : “Apabila burung itu disembelih untuk dimakan, dan tidak memotong kepalanya kemudian dilempar begitu saja.”

3. Sumber Daya Vital dan Problematikanya
Manusia telah sedikit banyak berhasil mengatur kehidupannya sendiri (birth control maupun death control) dan sekarang dituntut untuk mengupayakan berlangsungnya proses pengaturan yang normal dari alam dan lingkungan agar selalu dalam keseimbangan. Khususnya yang menyangkut lahan (tanah), air dan udara, karena ketiga unsur tersebut merupakan sumber daya yang sangat penting bagi manusia.
Sumber Daya Lahan atau Tanah
Manusia berasal dari tanah dan hidup dari dan di atas tanah. Hubungan antara manusia dan tanah sangat erat. Kelangsungan hidup manusia diantaranya tergantung dari tanah dan sebaliknya, tanahpun memerlukan perlindungan manusia untuk eksistensinya sebagai tanah yang memiliki fungsi. Allah SWT berfirman :

QS. Asy Syu'araa' (26): 7-8

           
7. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?

•         
8. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. dan kebanyakan mereka tidak beriman.

Dengan lahan itu manusia bisa membuat tempat tinggal, bercocok tanam, dan melakukan aktivitas lainnya.Namun, pemandangan ironis di Indonesia terlihat cukup mencolok diantaranya penebangan hutan untuk ekspor (tanpa diikuti upaya peremajaan yang memadai) dan perluasan kota yang melebar, mencaplok tanah-tanah subur pedesaan. Polis berkembang menjadi metropolis untuk kemudian membengkak menjadi megapolis (beberapa kota besar luluh jadi satu) dan Ecumenopolis (negara kota). Akhirnya salah satu nanti akan menjadi Necropolis (kota mayat).
Penebangan hutan tanpa diikuti peremajaan kembali menyebabkan rusaknya tanah perbukitan sehingga terjadi bencana tanah longsor. Apalagi adanya kebakaran hutan di Indonesia semakin menyebabkan rusaknya ekologi hutan. Padahal keberadaan hutan sangat berguna bagi keseimbangan hidrologik dan klimatologik, termasuk sebagai tempat berlindungannya binatang.
Adanya pembangunan tata ruang yang kurang baik, seperti pembangunan kota dan perumahan, menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian yang subur. Selain itu, juga terjadi kerusakan tingkat kesuburan tanah yang disebabkan pemakaian teknologi kimiawi yang over dosis. Dan bahkan pemakaian pupuk kimiawi tersebut merusak ekosistem pertanian, diantaranya semakin resistensi dan resurjensinya hama dan penyakit tanaman. Sehingga hasil produksi pertanian pun menurun yang akhirnya berdampak pada kehidupan sosial-ekonomi penduduk.
Melihat kenyataan tersebut, mestinya perkara konservasi tanah dan lahan sudah merupakan suatu keharusan, condition sine qua non, demi berlangsungnya kehidupan manusia. Usaha yang dapat dilakukan antara lain reboisasi, perencanaan tata ruang yang baik (lahan subur untuk pertanian dan lahan tandus untuk industri atau bangunan), dan penerapan sistem pertanian yang ramah lingkungan (pertanian organik atau lestari).

Sumber Daya Air
Selain lahan atau tanah, yang tak kalah pentingnya adalah air. “Everything originated in the water. Everything is sustained by water”. Manusia membutuhkan air untuk hidupnya, karena dua pertiga tubuh manusia terdiri dari air. Allah SWT berfirman : “Dan Kami beri minum kamu dengan air tawar ?” (QS. 77 : 27). Dan bahkan tanpa air seluruh gerak kehidupan akan terhenti.
Yang ironis adalah bahwa kekeringan datang silih berganti dengan banjir. Pada suatu saat kita kekurangan air, tapi pada saat yang lain justru kelebihan air. Mestinya manusia bisa mengatur sedemikian hingga sepanjang waktu bisa cukupan air (tidak kurang dan tidak lebih). Hal itu sebenarnya telah ditunjukkan oleh alam dalam bentuk siklus hidrologis dari air yang berlangsung terus menerus, volume air yang dikandungnya tetap, hanya bentuknya yang berubah. Allah SWT berfirman : “Demi langit yang mengandung hujan (raj’i)” (QS. 86 : 11). Kata Raj’i berarti “kembali”. Hujan dinamakan raj’i dalam ayat ini, karena hujan itu berasal dari uap air yang naik dari bumi (baik dari air laut, danau, sungai dan lainnya) ke udara, kemudian turun ke bumi sebagai hujan, kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya. Atau terkenal dengan siklus hidrologik.
Kisah perjalanan air yang urut dan runtut itu telah memberikan kontribusi yang sangat vital pada daur kehidupan dan pembaharuan sumber daya alam. Namun manusia melakukan sesuatu yang menyebabkan terhambatnya siklus hidrologi tersebut. Manusia membuat saluran drainase dengan lapisan semen yang kedap air dan mengecor jalan dengan semen, sehingga air mengalir cepat ke laut dan mengingkari fungsinya sebagai pemberi kehidupan (life giving role). Dan menipislah persediaan air tanah.
Sungai-sungai yang dulu sebagai organisme yang mampu memamah biak benda-benda yang dibuang kedalamnya dan memberikan pasokan air bersih yang memadai untuk kehidupan. Sekarang sungai-sungai tersebut lebih berwujud berupa tempat pembuangan sampah yang terbuka, dijejali dengan limbah industri dan buangan rumah tangga yang tidak mungkin lagi atau tidak mudah dicerna guna menghasilkan air yang sedikit bersih sekalipun.
Kerusakan lingkungan pada ekosistem pantai yakni rusaknya hutan bakau (mangrove) di tepi pantai, seperti di Cilacap, dan rusaknya terumbu karang. Padahal hutan bakau dan terumbu karang sangat berfungsi bagi keseimbangan dan keberlangsungan ekosistem pesisir dan lautan, rantai makanan, melindungi abrasi laut dan keberlanjutan sumber daya lautan.

Sumber Daya Udara
Selain kedua sumber daya tersebut di atas, ciptaan Allah SWT yang tidak kalah penting tetapi sering terlupakan atau disepelekan adalah udara. Padahal tanpa udara takkan pernah ada kehidupan. Tanpa udara bersih takkan diperoleh kehidupan sehat. Setiap hari rata-rata manusia menarik napas 26.000 kali berkisar antara 18 sampai 22 kali setiap menitnya.
Pentingnya udara sering diabaikan terutama karena sampai kini kita masih bisa memperolehnya tanpa harus mengeluarkan biaya. Padahal di Tokyo saat ini mulai dijual udara bersih (oksigen) dalam tabung. Suatu kejutan pertama yang menyadarkan manusia akan bahaya udara kotor terjadi di Inggris pada tahun 1952 yang dikenal dengan “The Great London Smog” yang menyebabkan sekitar 4000 jiwa melayang dan sejumlah besar penduduk menderita penyakit bronkitis, jantung dan berbagai penyakit pernapasan lainnya. Bahkan bangunan, lukisan, patung atau monumenpun hancur, karena asap dan gas mobil.
Polusi udara juga terjadi di Yogyakarta akibat konsumsi bahan bakar yang terus meningkat. Konsumsi tertinggi dari kendaraan bermotor (konsumsi bahan bakar solar dan bensin mencapai 170.000 liter pada tahun 1990-1991) dan kedua bahan bakar rumah tangga (rata-rata 84.000 liter). Hal itu menyebabkan CO2 dan timbal (Pb) melewati ambang batas yang diperkenankan. Ambang batas timbal (Pb) yang diperkenankan hanya 0,03 ug/l, kini rata-rata diatas 0,09 ug/l di beberapa tempat, seperti Kantor Pos Besar, Bunderan, Jl. Jend. Sudirman, dan Gedungkuning.
Begitu juga di Jakarta, dari kendaraan umum, 765.000 atau 60 % mengeluarkan gas buang diatas ambang batas baku mutu. Artinya setiap menit selalu keluar kandungan racun dari knalpot mobil itu, sulfur oksida, nitrogen oksida, dan timbal (Pb). Konsentrasi timbal di udara mencapai 1,7-3,5 mirogram per meterkubik dan pada 2005 mencapai 1,8-3,6 mikrogram per meterkubik. Padahal jumlah kendaraan roda empat di Jakarta mencapai 9,1 juta (1.274.000 berstatus kendaraan umum).
Upaya yang bisa di tempuh antara lain : memperluas kawasan hijau (hutan kota), pemakaian bahan bakar akrab lingkungan (BBL), knalpot dipasang filter, dan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.

4. Kerusakan Lingkungan
Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah SWT berfirman : “Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah membuat kerusakan di muka bumi”, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. 2 : 11). Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan mereka mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia. Allah SWT berfirman :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Katakanlah : “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. 30 : 41-42).
Tafsir surah ar-rum 41-42
Pada ayat 41 surah ar-rum, terdapat penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan adalah akibat perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia dan karenanya manusia harus segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam. (syamsuri, 2004: 116)
Kata zhahara pada mulanya berarti terjadinya sesuatu dipermukaan bumi. Sehingga, karena dia dipermukaan, maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Sedangkan kata al-fasad menurut al-ashfahani adalah keluarnya sesuatu dari keseimbangan,baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain.(quraish shihab, 2005: 76)
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, yang hasilnya keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan.( quraish shihab, 2005: 77)
Sedangkan pada ayat 42 surah ar-rum pula, menerangkan tentang perintah untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu. Berbagai bencana yang menimpa umat-umat terdahulu adalah disebabkan perbuatan dan kemusyrikan mereka, mereka tidak mau menghambakan diri kepada Allah, justru kepada selain Allah dan hawa nafsu mereka.( syamsuri, 2004: 116). Selain itu pula, ayat ini mengingatkan mereka pada akhir perjalanan ini bahwa mereka dapat mengalami apa yang dialami oleh orang-orang musyrik sebelum mereka. Mereka pun mengetahui akibat yang diterima oleh banyak orang dari mereka. Mereka juga melihat bekas-bekas para pendahulunya itu, ketika mereka berjalan dimuka bumi, dan melewati bekas-bekas tersebut.(sayyid quthb, 2003: 226) dan dengan melakukan perjalanan dimuka bumi juga dapat membuktikan bahwa kerusakan-kerusakan di muka bumi ini adalah betul-betul akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab serta mengingkari nikmat Allah, dan dengan melihat dan meneliti bukti-bukti sejarah, maka mereka dapat mengambil pelajaran atas peristiwa-peristiwa yang telah lalu, yang pernah menimpa umat manusia.(Moh.matsna, 2004:84)
Di samping adanya problematika ketiga sumber daya vital di atas, Otto Soemarwoto membagi kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan bumi menjadi dua, yaitu kerusakan yang bersifat regional (seperti hujan asam) dan yang bersifat global (seperti pemanasan global, kepunahan jenis, dan kerusakan lapisan ozon di stratosfer).
Hujan asam disebabkan oleh pencemaran udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu gas bumi, minyak bumi dan batu bara. Pembakaran itu menghasilkan gas oksida belerang dan oksida nitrogen. Kedua jenis itu dalam udara mengalami reaksi kimia dan berubah menjadi asam (berturut-turut menjadi asam sulfat dan asam nitrat). Asam yang langsung mengenai bumi disebut deposisi kering dan asam yang terbawa hujan yang turun ke bumi disebut desposisi basah. Keduanya disebut hujan asam. Hujan asam menyebabkan kematian organisme air sungai dan danau serta kerusakan hutan dan bangunan.
Pemanasan global (global warning) adalah peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK) yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas (sinar inframerah) yang dipancarkan bumi. Gas itu disebut gas rumah kaca (GRK). Dengan penyerapan itu sinar panas terperangkap sehingga naiklah suhu permukaan bumi.
Seandainya tidak ada GRK dan karena itu tidak ada ERK, suhu permukaan bumi rata-rata hanya -18oC saja, terlalu dingin bagi kehidupan makhluk. Dengan adanya ERK suhu bumi adalah rata-rata 15oC, sehingga ERK sangat berguna bagi kehidupan di bumi. Akan tetapi, akhir-akhir ini semakin naiknya kadar GRK dalam atmosfer, yaitu CO2 dan beberapa gas lain (seperti CO2, CH4, dan N2O) menyebabkan naiknya intensitas ERK, sehingga suhu permukaan bumi akan naik pula. Inilah yang disebut global warning.
Berbagai dampak negatif pemanasan global, yaitu menyebabkan perubahan iklim sedunia (perubahan curah hujan), naiknya frekuensi maupun intensitas badai (seperti di Banglades dan Filipina semakin menderita), dan bertambahnya volume air laut dan melelehnya es abadi di pegunungan dan kutub. Hal itu juga menyebabkan keringnya tanah dan kekeringan yang berdampak negatif terhadap pertanian dan perikanan.
Bertambahnya volume air laut, maka permukaan laut akan naik. Dengan laju kenaikan kadar GRK seperti sekarang diperkirakan pada sekitar 2030 suhu akan naik 1,5-4,5oC. Kenaikan suhu ini menyebabkan naiknya permukaan laut 25-140 cm. Dampak naiknya permukaan laut yakni tergenangnya daerah pantai, tambak, sawah dan kota yang rendah seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang serta beberapa pulau di Indonesia. Kenaikan permukaan laut juga menyebabkan laju erosi pantai.
Kepunahan jenis berarti hilangnya sumber daya gen yang mengurangi kemampuan kita dalam pembangunan pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Penyebabnya antara lain karena adanya hujan asam dan penyusutan luas hutan, serta penggunaan sistem monokultur atau varietas unggul sehingga varietas lokal hilang, seperti varietas padi lokal yang hampir sirna.
Ozon ialah senyawa kimia yang terdiri atas tiga atom oksigen. Di lapisan atmosfer yang rendah ia mengganggu kesehatan dan di lapisan atas atmosfer ia melindungi makhluk hidup dari sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari. Apabila kadar ozon di stratosfer berkurang, kadar sinar ultraviolet yang sampai ke bumi bertambah. Maka resiko untuk mengidap penyakit kanker kulit, katarak dan menurunnya kekebalan tubuh akan meningkat. Penurunan kadar ozon disebabkan karena rusaknya ozon oleh segolongan zat kimia yang disebut clorofuorokarbon yang banyak digunakan dalam industri dan kehidupan kita, seperti gas freon (pendingin AC dan almari es), gas pendorong dalam aerosal (parfum, hairspray, dan zat racun hama) dan lainnya.
Upaya nyata yang perlu dilakukan untuk menghindari bencana itu antara lain dengan menggunakan energi secara efisien, mengembangkan sumber energi baru dan aman, mencegah terjadinya kebakaran dan penggundulan hutan atau penebangan pohon secara besar-besaran, menanam pepohonan baru, menggalakan penggunaan transportasi umum. Atau kampanye besar-besaran untuk mengurangi penggunaan traktor, diesel, lemari es, kaleng semprot, AC dan lain-lain. Langkah ini mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Namun hal itu tetap harus dilakukan, seperti yang dicetuskan oleh Gurmit Singh : “Global warning on global warming demands global action”. Peringatan global terhadap pemanasan global menuntut adanya tindakan global.

5. Solusi Pengelolaan Lingkungan
Proses kerusakan lingkungan berjalan secara progresif dan membuat lingkungan tidak nyaman bagi manusia, bahkan jika terus berjalan akan dapat membuatnya tidak sesuai lagi untuk kehidupan kita. Itu semua karena ulah tangan manusia sendiri, sehingga bencananya juga akan menimpa manusia itu sendiri QS. 30 : 41-42.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pendekatan yang dapat kita lakukan diantaranya dengan pengembangan Sumber Daya Manusia yang handal, pembangunan lingkungan berkelanjutan, dan kembali kepada petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya dalam pengelolaan lingkungan hidup. Adapun syarat SDM handal antara lain SDM sadar akan lingkungan dan berpandangan holistis, sadar hukum, dan mempunyai komitmen terhadap lingkungan.
Kita diajarkan untuk hidup serasi dengan alam sekitar kita, dengan sesama manusia dan dengan Allah SWT. Allah berfirman : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmatan lil’alamiin” (QS. 21 : 107).
Penafsiran Para Ahli Tafsir
1. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim:
“Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa rahmat disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua penafsiran:
Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus. Orang kafir yang memerangi beliau, manfaat yang mereka dapatkan adalah disegerakannya pembunuhan dan maut bagi mereka, itu lebih baik bagi mereka. Karena hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab kelak di akhirat. Kebinasaan telah ditetapkan bagi mereka. Sehingga, dipercepatnya ajal lebih bermanfaat bagi mereka daripada hidup menetap dalam kekafiran.
Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi mereka adalah dibiarkan hidup didunia dalam perlindungan dan perjanjian. Mereka ini lebih sedikit keburukannya daripada orang kafir yang memerangi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Orang munafik, yang menampakkan iman secara zhahir saja, mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain.
Dan pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Ta’ala tidak memberikan adzab yang menyeluruh dari umat manusia di bumi. Kesimpulannya, semua manusia mendapat manfaat dari diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya. Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap dikatakan rahmat bagi mereka, namun mereka enggan menerima. Sebagaimana jika dikatakan ‘Ini adalah obat bagi si fulan yang sakit’. Andaikan fulan tidak meminumnya, obat tersebut tetaplah dikatakan obat”

2. Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir:
“Makna ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, dengan membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian’. Dengan kata lain, ’satu-satunya alasan Kami mengutusmu, wahai Muhammad, adalah sebagai rahmat yang luas. Karena kami mengutusmu dengan membawa sesuatu yang menjadi sebab kebahagiaan di akhirat’ ”


3. Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari:
“Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah seluruh manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah seluruh manusia baik mu’min dan kafir? Ataukah hanya manusia mu’min saja? Sebagian ahli tafsir berpendapat, yang dimaksud adalah seluruh manusia baik mu’min maupun kafir. Mereka mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu dalam menafsirkan ayat ini:
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di terpa gelombang besar”
Dalam riwayat yang lain:
“Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman kepada Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu”
Pendapat ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang beriman saja. Mereka membawakan riwayat dari Ibnu Zaid dalam menafsirkan ayat ini:
“Dengan diutusnya Rasulullah, ada manusia yang mendapat bencana, ada yang mendapat rahmah, walaupun bentuk penyebutan dalam ayat ini sifatnya umum, yaitu sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Seluruh manusia yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah, membenarkannya dan menaatinya”
Pendapat yang benar dari dua pendapat ini adalah pendapat yang pertama, sebagaimana riwayat Ibnu Abbas. Yaitu Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, baik mu’min maupun kafir. Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah” (diterjemahkan secara ringkas).

4. Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi
“Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
“Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air”
Ibnu Zaid berkata:
“Yang dimaksud ’seluruh manusia’ dalam ayat ini adalah hanya orang-orang yang beriman” ”

5. Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir
“Maksud ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh makhluk’. Sebagaimana dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” (HR. Al Bukhari dalam Al ‘Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/596. Hadits ini di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga dalam Shahih Al Jami’, 2345)
Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala tidak mengatakan ‘rahmatan lilmu’minin‘, namun mengatakan ‘rahmatan lil ‘alamin‘ karena Allah Ta’ala ingin memberikan rahmat bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini, yaitu ditundanya hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa azab berupa diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau ditenggelamkan dengan air”

Pandangan hidup ini mencerminkan pandangan yang holistis terhadap kehidupan kita, yaitu bahwa manusia adalah bagian dari lingkungan tempat hidupnya. Dalam pandangan ini sistem sosial manusia bersama dengan sistem biogeofisik membentuk satu kesatuan yang disebut ekosistem sosiobiogeofisik, sehingga manusia merupakan bagian dari ekosistem tempat hidupnya dan bukannya hidup diluarnya. Oleh karenanya, keselamatan dan kesejahteraan manusia tergantung dari keutuhan ekosistem tempat hidupnya. Jika terjadi kerusakan pada ekosistemnya, manusia akan menderita. Karena itu walaupun biogeofisik merupakan sumberdaya bagi manusia, namun pemanfaatannya untuk kebutuhan hidupnya dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada ekosistem. Dengan begitu manusia akan sadar terhadap hukum yang mengatur lingkungan hidup dari Allah SWT dan komitmen terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.
Pandangan holistik juga berarti bahwa semua permasalahan kerusakan dan pengelolaan lingkungan hidup harus menjadi tanggung jawab oleh semua pihak (pemerintah, LSM, masyarakat, maupun orang perorang) dan semua wilayah (baik lokal, regional, nasional, maupun internasional). Atau dalam konsep Partai Keadilan, lingkungan hidup harus dikelola secara integral, global dan universal menuju prosperity dan sustainability.
Kesimpulan, bahwa ini adalah alasan yang mungkin mengapa Allah menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang petingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini. Kualitas lingkungan hidup sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Allah SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.

2.2 Pernyataan IPCC ( Intergovermental Panel on Climate Change)
IPCC menyatakan bahwa sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20. Kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan setidaknya oleh30 badan ilmiah dan akademik. Termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara 68. Akan tetapi masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulanyang dikemukakan IPCC tersebut.

2.2 Hasil penelitian global Coral Reef Monitoring Network
Dari penelitian organisasi Global Reef Monitoring Network banyak terumbukarang yang rusak di selueuh dunia bahkan terancam punah. Selain itu banyak terumbu karang yang memutih dikarenakan pemanasan global. Selain itu karena kenaikan temperatur air laut akibat El-Nino yang membuat matinya terumbu karang dunia.

2.3 Teori Al-Qur’an
Dalam berbagai surat dan ayat-ayat Al-Qur’an diterangkan bahwa kerusakan bumi merupakan akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Memang manusia itu memiliki sikap merusak tetapi hakikat manusia adalah sebagai khalifah bumi.
”Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (TQS Ar Ruum [30]: 41)
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya adalah bahwa dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintahnya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahan kamu bersyukur.” (TQS Ar Ruum [30]: 46)
”Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (TQS Ar Ruum [30]: 48)
Syariah Islam, selain melakukan pengaturan manusia juga melakukan pengaturan terhadap alam, sebagaimana yang dimaktub dalam definisi syariah Islam : Sistem yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, dirinya sendiri, dengan manusia lain, alam dan kehidupan (lihat Syaikh Mahmud Syaltut, Al Islam : ‘Aqidah wa Syari’ah, Darul Qalaam, hal.12).
Islam melarang tindakan pengrusakan terhadap isi bumi ini, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (TQS Huud [11]: 116)
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan” (TQS Al Baqarah [2]: 204-206)
Islam menetapkan pencegahan (mitigasi) terhadap kerusakan, dalam islam dikenal kaidah “Adh-dlarar yuzal”, artinya segala bentuk kemudharatan atau bahaya itu wajib dihilangkan . Nabi SAW bersabda, “Laa dharara wa laa dhiraara.” (HR Ahmad & Ibn Majah), artinya tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain.Secara global, atas wilayah yang dikuasai, Khilafah Islamiyyah dapat mengadopsi berbagai upaya dalam rangka mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Sistem pemerintahan yang universal, akan memudahkan penetapkan kebijakan yang pro ishlahul bi-ah (perbaikan lingkungan). Sifat wilayah yang universal akan membawa dampak yang signifikan bagi perbaikan lingkungan.
Akankah menunggu wujudnya khilafah tidak terlalu lama dalam upaya perbaikan lingkungan dan reduksi GRK? InsyaAllah tidak, sebab target-target yang disebut ambisus-pun oleh UNFCCC adalah target jangka panjang. Misalnya untuk menstabilkan GRK pada angka 445-490 ppm maka pada tahun 2015 diharapkan tidak ada lagi peningkatan CO2. Kalau ini bisa dicapai, maka pada tahun 2050 kandungan CO2 akan turun 50-85 % dari level tahun 2000 (379 ppm). Insya Allah sebelum tahun-tahun tersebut Khilafah Islamiyyah sudah wujud, dan pencapaian target-target yang disebut oleh UNFCCC sebagai target ambisius tersebut akan lebih realistis untuk dicapai.
Berbeda dengan negara demokratis-kapitalis, dalam Islam pencegahan terhadap kerusakan yang (termasuk lingkungan) tidak membutuhkan pendapat mayoritas (parlemen) dan pemilik modal, cukup para ahli yang berkompeten mengajukan argumen, data, penelitian dan analisa, maka khalifah langsung mengeksekusi pendapat tersebut. Perubahan iklim yang bersifat global ini mestinya menuntut upaya global pula dalam hal mitigasi dan adaptasinya, namun sikap arogan negara-negara kapitalisme telah menjadikan ancaman perubahan iklim menjadi semakin mngkhawatirkan. Maka semakin jelas bahwa untuk menyelamatkan planet ini dari kehancuran ekologis butuh paradigma dan sistem politik dan ekonomi global yang baru. Sistem politik dan ekonomi kapitalis-sekuler terbukti gagal. Perlu ada sistem alternatif yang bersandar kepada Allah SWT, Al Khalik Yang Maha Tahu. (Liputan: Abu Khalil).
Ketika membaca ayat-ayat mengenai bumi dalam Quran, kita menemukan indikasi yang kuat bahwa bumi ini pada awalnya adalah tempat yang aman dan damai untuk manusia: "Bukankah Dia yang telah membuat bumi tempat yang stabil, dan menempatkan sungai-sungai diatasnya, dan menempatkan gunung-gunung di atasnya, dan telah menempatkan pemisah antara dua lautan? Adakah Tuhan selain Allah? Tidak, tetapi kebanyakan mereka tidak tahu! (27:61).
Bumi adalah penting dalam konsep hubungan. Manusia dibuat dari dua komponen dari bumi: tanah dan air.
"Dan Allah telah membuat kamu tumbuh dari bumi, dan kemudian mengembalikan kamu kepadanya, dan dia akan membuat lagi yang baru. Dan Allah telah membuat bumi sangat luas sehingga kamu dapat berjalan di atasnya." (71:17-20).
Kata "bumi" (ard) disebut dua kali dalam ayat ini dan dalam Qur'an kata ini muncul sebanyak 485 kali, ukuran sederhana dari arti pentingnya. Bumi dilukiskan seperti patuh kepada manusia: "Dialah yang telah membuat bumi patuh kepadamu, maka berjalanlah dan makanlah dari yang tersedia" (67:15). Bumi juga dilukiskan sebagai tempat yang menerima: "Kami tidak membuat bumi melainkan sebagai tempat bagi yang hidup maupun yang mati" (77:25-26). Bahkan lebih penting lagi, bumi di dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang suci dan tempat untuk beribadat kepada Allah. Nabi Muhammad berkata: "Bumi dibuat untukku (dan muslim) sebagai tempat sembahyang (mesjid) dan untuk mensucikan" Ini artinya tanah digunakan untuk membersihkan ketika tidak ada air. Ibn Umar melaporkan bahwa Nabi berkata: "Tuhan adalah indah dan menyukai semua yang indah. Dia adalah pemurah dan menyukai kemurahan dan bersih dan menyukai yang bersih".
Dengan demikian tidak mengherankan bahwa posisi Islam terhadap lingkungan adalah bahwa manusia harus ikut serta melindungi bumi.Mereka tidak boleh diam ketika bumi dihancurkan. "Dia telah membawa kamu dari bumi dan membuat kamu suaminya" (11:61). Akhirnya, bumi adalah sumber rahmat. Dan Nabi Muhammad berkata: "Sebagian tanaman diberi rahmat seperti juga muslim, seperti pohon palma".


BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA


3.1 Dokumentasi
Pengertian : mencari data mengenal hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, Internet dan sebagainya. Dalam menyusun makalah ini kami menggunakan buku dan media internet.













BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA


4.1. Penyajian Data
4.1.1. Pengertian Global Warming atau Pemanasan Global
Sebenarnya istilah global warming atau pemanasan global sudah dikenal sejak dahulu. Pemanasan global sendiri adalah meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi akibat dari meningkatnya jumlah emisi karbon di atmosfer.

4.1.2. Sebab-Sebab Terjadinya Pemanasan Global
Diantara sebab-sebab terjadinya pemanasan global adalah :
a. Meningkatnya jumlah emisi karbon.
b. Efek rumah kaca.
c. Kawasan hutan yang semakin menyempit.

4.1.3. Dampak dari Pemanasan Global
Pemanaan global yang telah terjadi menyebabkan berbagai dampak yang merugikan, diantaranya adalah :
a. Suhu bumi meningkat.
b. Perubahan ilkim yang tidak stabil.
c. Penyakit yang menyerang makhluk hidup.









4.1.4. Cara mengatasi Pemanasan Global
Dalam menangani masalah global terdapat usaha-usaha yang setidaknya dapat mengurangi dampak dari pemanasan global, diantaranya:
1. Menggunakan sumber energi lain dalam industri.
2. Melakukan penanaman kembali di hutan yang gumdul dan menjaga kelestarian lingkungan.
3. Mengurangi memproduksi barang-barang yang tidak dapat didaur ulang.

4.1.5. Hubungan Pemanasan Global dengan Agama, Sains, dan Teknologi
Mengenai pemanasan global sebenarnya telah dicantumkan dalam Al-Qur’an, dipaparkan dalam sains dan diprediksikan oleh teknologi. Al-Qur’an menyebut pemanasan global sebagai kerusakan bumi yang tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 30, As-Syura ayat 27, Al-Furqan ayat 67 dan masih banyak lainnya.
“ Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi “. Mereka berkata : “ Mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau ?” (Al- Baqarah:30), “ Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi allah menurunkan apa yang dikehendakinya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hambanya lagi maha melihat.” (asy-Syuura:27).
Al Quran secara spesifik adalah petunjuk orang bertakwa (S. Al-Baqarah 2:2) dan secara umum petunjuk manusia (S. Al-Baqarah, 2:185).
Allah SWT berfirman: Yang menjadikan bagimu api dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu dapat membakar.

4.2. Analisi Data
4.2.1. Pengertian Global Warming atau Pemanasan Global
Sebenarnya global warming atau pemanasan global itu sendiri adalah meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi akibat dari meningkatnya jumlah emisi karbon di atmosfer atau kejadian meningkatnya temperature rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.
Pemanasan global atau yang lebih dikenal dengan global warming, sebenarnya sudah dikenal sejak dahulu. Tetapi, baru-baru ini istilah ini menjadi pusat perhatian dunia. Hal ini terlihat dari kesepakatan yang dilakukan sebagian besar pemerintahan Negara-negara di dunia dalam protocol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca. Selain itu , KTT yang diselenggarakan oleh PBB di Bali pada tanggal 3-14 Desember 2007 telah mendorong Negara-negara maju untuk mengurangi pemakaian gas-gas karbon yang dapat merusak ozon dan membujuk Negara maju untuk memberikan sumbangan bagi Negara-negara yang ditugaskan oleh PBB dalam meperbaiki alam.
Di Indonesia perhatian terhadap pemanasan global sangat besar, terbukti dengan adanya larangan import metal bromo dan CFC mulai tanggal 01 Januari 2008. Dengan harapan dapat menurunkan posisi Indonesia sebagai Negara keempat pembuang emisi gas rumah kaca di dunia.
Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan Bumi selama beberapa kurun waktu. Ini adalah gejala alam yang normal sebenarnya. Kalau tidak mendapat pemanasan maka suhu di Bumi bisa menjadi dingin membeku seperti pada jaman es yang pernah terjadi 15.000 tahun lalu.

4.2.2 Sebab-Sebab Terjadinya Pemanasan Global
Diantatara sebab-sebab terjadinya pemanasan globah adalah :
a. Meningkatnya jumlah emisi karbon
Meningkatnya jumlah emisi karbon terjadi akibat meningkatnya penggunaan energi fosil terutama di sector industri. Negara-negara industri seperti Amerika Serikat, China, Australia, Jepang, dan Rusia. Menjadi actor utama sebagai penyebab.

b. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca terjadi sebagai berikut ; sinar matahari masuk ke permukaan bumi kemudian dipantulkan kembali oleh benda atau permukaan bumi, kemudian dipamtulkan kembali oleh benda atau permukaan dalam rumah kaca. Ketika dipantulkan gelombang pendek yang berupa sinar matahari berubah menjadi energi panas yang berupa gelombang panjang yaitu sinar inframerah. Selanjutnya energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca. Akibatnya energi panas yang seharusnya keluar ke angkasa menjadi terpancar lagi ke permukaan bumi.
Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada 2040 lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis mencair.
Di Indonesia, peningkatan suhu itu berwujud tanda yang kasat mata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, aitu Gunung Jayawijaya di Provinsi Papua.
Hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNCCC) yang dirangkum dalam Peta Jalan Bali (Bali Roadmap), tidak memuaskan kalangan aktivis lingkungan.
Penempatan target spesifik penurunan emisi dari gas rumah kaca (GRK) dalam catatan kaki pembukaan, adalah untuk melayani kepentingan Amerika Serikat (AS). Ini meremehkan kajian ilmiah ahli iklim.
Pembahasan kesepakatan akhir di Bali berlangsung alot akibat sikap AS yang didukung Kanada dan Jepang. Mereka menolak target pengurangan emisi bagi negara-negara maju 25 - 40 persen dari angka pada 1990 yang harus terealisasi pada2020.
Delegasi AS yang dikirim pemerintahan Presiden Bush, sebagai biang keladi tumpulnya kesepakatan konferensi.
Emisi itu sangat beragam: CO, CO2, SO2, H2S, CS2, dan CFC. CO2 dan CFC tidak beracun, sedangkan yang lain semuanya beracun. Namun yang berbahaya secara global justru yang tidak beracun.
CFC merusak lapisan ozon perisai yang ditempatkan Allah di angkasa utuk melindungi bumi dari sengatan fraksi ultra violet yang berbahaya dari photon (sinar matahari). Sedangkan GRK CO2 itulah yang memegang peranan dalam hal pemanasan global.
Jadi terjadinya pemanasan global salah satunya adalah efek rumah kaca yang berlebihan (lebih dari kondisi normal) di atmosfer bumi, sebagai akibat terganggunya komposisi gas rumah kaca utama seperti Co2 (Karbon dioksida), CH4 (metan), N2O (Nitrous oksida), HFC5 (Hydrofluorocarbons), PFC5 (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride) di atmosfer.

c. Kawasan hutan yang semakin menyempit
Fungsi hutan dalam kehidupan adalah sebagai paru-paru bumi dan sebagai media penyerapan karbon terbesar. Oleh sebab itu bila hutan menyempit maka dipastikan bumi akan menjadi panas. Penyempitan hutan terjadi karena pembalakan liar, kebakaran hutan, menyebabkan deforestasi besar-besaran karena tidak diimbangi dengan pelestarian dan penanaman kembali hutan tersebut. Karbon yang dihasilkan dari kebakaran hutan tersebut juga mendukung terjadinya pemanasan global, dan Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil karbon tebesardari kebakaran hutan.

4.2.3. Dampak terjadinya pemanasan global
Diantara dampak-dampak dari pemanasan global dintaranya :
a. Suhu bumi meningkat
Meningkatnya suhu bumi terlihat jelas pada hasil penelitian bahwa temperature rata-rata pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Dan juga adanya banyak es di kutub yang telah mencair dan menyebabkan naiknya permukaan air. Dengan kecenderungan emisi gas yang selalu meningkat maka diperkirakan 50 tahun mendatang rata-rata suhu bumi akan naik 2-3 derajat Celsius.












b. Perubahan Iklim Dunia
Iklim muncul akibat dari pemerataan energi bumi yang tidak tetap dengan adanya perputaran / revolusi bumi mengelilingi matahari selama ± 365 hari serta rotasi bumi selama 24 jam. Hal tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima berubah tergantung lokasi dan posisi geografi suatu daerah. Manurut, KTT bumi di tahun 1992 di Rio de Janeiro Brazil, menyatakan iklim bumi telah berubah. Hal itu dikarenakan adanya efek rumah kaca yang berlebihan.
Iklim yang tidak teratur ini tampak jelas di berbagai negar seperti Indonesia yang kini mengalami perubahan musim denagan waktu yang tidak menentu dan tidak merata. Kejadian ini terlihat pada saat Indonesia seharusnya mengalami musim kemarau tetapi di Kalimantan terjadi banjir.

c. Terjadi Banyak Bencana
Terjadinya pemanasan global menjadikan berbagai peristiwa alam yang tidak dapat terduga. Peristiwa-peristiwa alam tersebut antara lain :
 Hujan Badai dimana-mana
 Sering terjadi angin puting beliung
 Banjir dan kekeringan terjadi pada waktu yang bersamaan
 Terumbu karang memutih
Menurut penelitian Global Coral Reef Monitoring Network di Buenos Aries menunjukkan, lebih dari terumbu karang di seluruh dunia telah rusak, bahkan terancam punah.
Terumbu karang memutih karean terlepasnya ganggang dari jaringan terumbu karang karena kenaikan temperatur secara mendadak meskipun kecil.
 Mencairnya es di daerah kutub yang cukup banyak.
Hal ini menyebabkan volume air tawar dilaut meningkat dan semakin tingginya permukaan laut. Hal ini menyebabkan beribu-ribu pulau kecil di dunia menghilang.
d. Penyakit semakin menyebar
Pemanasan global menyebabkan berbagai penyakit muncul dan menyebar seperti beberapanya antara lain adalah katarak, tumbuhan menjadi kerdil dll.
Peningkatan suhu bumi membuat jantung bekerja lebih keras mendinginkan badan dan meningkatkan angka kasus penyakit dengan vektor nyamuk antara lain seperti malaria, demam berdarah, cikungunya, radang otak.
Jika suhu meningkat di perkirakan kasus penularan penyakit melalui nyamuk menjadi 2 kali lipat.






4.2.4 Cara Mengatasi Adanya Pemanasan global
1. Menggunakan sumber energi alternatif
Salah satu cara dan metode penurangan dampak dari global warming sedang dikembangkan oleh negara majudengan menggunakan cara alternatif yaitu Carbon Trade. Carbon Trade sendiri mempunyai arti menjual kemampuan pohon, terutama pohon berkayu untuk menyerap karbon demi mengurangi emisi karbon di atmosfer. Sumber energi alternatif selain energi fosil adalah biofuel. Hal ini bertujuan sebagai penyerap karbon yang ada di atmosfer agar mengurangi emisi karbon di udara sekaligus mengurangi dampak dari global warming. Menginjesikan gas-gas tersebut ke sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas di bawah tanah seperti dalam sumur minyak lapisan batu bara/aquifer. Dimana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan di injeksikan kembali ke aquiver sehingga tidak dapat kembali ke permukaan. Salah satu penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Dengan pembakaran fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara. Karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak/ batu bara.
2. Melakukan reboisasi yang meluas
Penyebab dari global warming salah satunya adalah rusaknya hutan sebagai paru-paru dunia. Oleh karena itu penanaman kembali hutan yang gundul sangat berpengaruh terhadap pengurangan dampak global warming.
3. Mengurangi produksi barang-barang yang tidak dapat di daur ulang
Produksi barang-barang yang tidak dapat di daur ulang juga merupakan faktor lain yang menyebabkan global warming. Oleh sebab itu pengurangan produksi barang-barang seperti barang tambang dimana pembakarannya menghasilkan gas-gas rumah kaca.


4.2.5 Hubungan Pemanasan global dengan Agama, Sains, dan Tekhnologi
Pemanasan global yang terjadi saat ini menjadi bukti akan penggambaran dari agama, sains dan tekhnologi. Pemanasan global di pandang dalam agama adalah suatu kerusakan bumi yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dalam islam dinyatakan bahwa manusia itu adalah khalifah di bumi dan mereka bertanggung jawab satu dengan yang lainnya.
Sebagai bangsa yang agamis, ada dua pandangan utama yang berkembang pada masyarakat kita dalam melihat berbagai bencana yang sering melanda. Pertama, kalangan yang melihatnya sebagai akibat dari perbuatan dosa dan pelanggaran terhadap aturan Tuhan yang semakin tidak terkendali. Adanya bencana dipandang sebagai azab Tuhan. Kedua, kalangan yang melihatnya murni sebagai fenomena alam dan tidak ada hubungan dengan urusan agama berupa dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia.
Kedua pandangan ekstrem tersebut kiranya harus dijembatani. Mengabaikan cara pandang agama dalam melihat kerusakan alam sudah tidak relevan sebagaimana juga tidak tepatnya membuang analisis ilmiah atas berbagai penyebab terjadinya berbagai kerusakan alam tersebut. Agama sendiri belakangan dipandang sebagai salah satu pendekatan yang cukup ampuh dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan (alam).
Tulisan ini secara khusus difokuskan pada upaya inseminasi gagasan teologi lingkungan, yaitu bagaimana ajaran teologi agama (Islam) dapat dimanfaatkan dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Gagasan ini kiranya akan melengkapi formulasi fikih lingkungan yang sudah mulai diterima di masyarakat kita.
Ada tiga tema yang sering didiskusikan dan menjadi perdebatan sangat dinamis dalam kajian keilmuan Islam klasik, yaitu masalah Tuhan, manusia, dan alam. Ketiga persoalan ini menjadi tema sentral yang lazim disebut sebagai trilogi metafisika. Dari ketiga tema itu, masalah ketuhanan menempati rangking pertama. Adapun tema yang menyangkut manusia dan alam menempati porsi yang sedikit, dan yang sedikit inipun lebih banyak dibicarakan dalam konteks ketuhanan dan cenderung bersifat metafisik (abstrak).
Sebagai respons dari kenyataan ini, belakangan gencar dikumandangan oleh pemikir Muslim kontemporer gagasan untuk menggeser wacana teologis yang metafisis dan abstrak ke persoalan yang lebih konkret. Salah satu tokoh kontemporer yang bersemangat dan telah menulis buku yang cukup memadai dalam tema teologi, adalah Hassan Hanafi. Dalam serial bukunya yang berjudul At Turats wa Al Tajdid: minal aqidah ila tsaurah, Hanafi menyatakan bahwa consern utama teologi atau keilmuan akidah klasik lebih kepada urusan bagaimana membela Tuhan. Ini, kata dia relevan dengan semangat zaman dahulu, tetapi tidak untuk sekarang. Sebagai tawaran, Hanafi mengusulkan bagaimana teologi atau akidah itu dibangun atas semangat membela manusia.
Apabila kita mencermati pola pemikiran teologis, tampaknya dari ketiga hal tersebut, yang paling didiskrimanisikan adalah wacana kealaman atau lingkungan. Pada kajian fikih sendiri, lebih banyak menyinggung tentang hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minallah) dan persoalan relasi sesama manusia (hablum minannas). Masih sangat sedikit kajian fikih yang secara khusus berbicara mengenai pola hubungan manusia dengan alam.
Kembali pada semangat untuk membangun kesadaran teologis akan pentingnya menjaga kelestarian alam, maka satu persoalan yang menjadi poin utama pada artikel ini adalah bagaimana cara taubat bagi mereka yang melakukan kerusakan lingkungan. Ada dua model taubat yang umum dipahami dalam Islam.
Pertama, bagi individu yang melakukan kesalahan atau perbuatan dosa yang sifatnya pribadi, maka model taubat yang diajarkan yaitu dia memohon ampun secara langsung kepada Tuhan dengan niat tulus untuk tidak mengulanginya lagi. Pada tingkatan ini, model taubatnya cenderung sederhana, karena hanya berorientasi vertikal kepada Tuhan.
Kedua, menyangkut kesalahan atau dosa seorang individu yang melibatkan individu atau manusia yang lain seperti perbuatan dzalim atau utang piutang. Terhadap dosa atau pelanggaran yang melibatkan manusia lain atau lazim disebut dosa sosial, para ulama umumnya bersepakat bahwa taubat vertikal saja tidak cukup. Pada tingkatan ini, taubat vertikal dengan Tuhan dan kemaafan horizontal dari manusia lain harus berjalan seiring.
Sebenarnya selain kedua model itu, kaitannya dalam hubungan manusia dengan alam, penting untuk diperkenalkan model taubat khusus, dan ini kiranya menempati tingkatan ketiga. Manusia yang berbuat dosa atau kesalahan pada alam atau lingkungan, seperti merusak atau mengganggu keseimbangan alam, maka cara taubatnya tidak cukup hanya dengan media vertikal kepada Tuhan atau permakluman pada manusia. Karena alam yang dicederai, maka ridha dari alam harus terlebih dahulu diperoleh. Caranya dengan memulihkan kerusakan yang telah dilakukan pada alam, baru kemudian memohon ampunan kepada Tuhan.
Penting untuk ditekankan bahwa khusus perbuatan dosa kepada alam (dosa alamiah), maka azab yang ditimpakan Tuhan berlaku secara umum, tanpa memandang apa seseorang terlibat atau malah tidak tahu sama sekali terhadap kerusakan alam yang telah terjadi. Menjaga alam dari kerusakan dapat ditetapkan sebagai fardhu kifayah, yang apabila tidak dilaksanakan, maka seluruh manusia yang ada pada wilayah itu akan mendapatkan balasan adzab yang sifatnya kolektif.
Apabila sementara ini dikembangkan istilah kesalehan individu, yaitu gambaran mereka yang kualitas ibadah ritualnya bagus dan kesalehan sosial, yaitu mereka yang yang consern untuk berbakti pada masalah sosial kemasyarakatan, maka kini perlu dikembangkan lagi satu jenis kesalehan, yaitu kesalehan alam. Kesalehan ini melekat pada mereka yang dapat menjaga alam atau lingkungan dengan bagus, melaksanakan mandat Tuhan sebagai khalifahnya di muka bumi. Ketiga macam kesalehan ini idealnya terintegrasi pada diri seorang Muslim.
Sedangkan di pandang dalam sains pemanasan global merupakan kejadian yang dapat di paparkan dalam segi kimia dan segi fisika.
Penghasil CO2 yang dominan di antaranya adalah (1) Pembangkit Listrik Batubara, sebagai contoh setiap 1000 MW listrik yang dihasilkan industri ini mengemisi 5,6 juta ton CO2 dan (2) Kendaraan Bermotor, dimana setiap kendaraan dengan tingkat konsumsi BBM 1 : 13 km (1 Lt untuk setiap 13 km) jika setiap tahun menempuh jarak 15.000 km akan menghasilkan CO2 sebesar 3 ton/tahun. Bayangkan dengan total kendaraan bermotor di DKI JKT mencapai 3 juta, setidaknya 9 juta ton CO2 yang diemisi ke udara setiap tahunnya.
Selanjutnya hasil pengungkapan sains dalam ayat kawniyah (alam syahadah, physical world), dipakai sebagai ilmu bantu dalam memahamkan ayat qawliyah.
Tumbuh-tumbuhan dibangun bagian-bagian kecil yang disebut sel. Di dalam inti sel terdapat butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di antara butir-butir itu adalah pembawa zat warna hijau, zat hijau pohon (istilah ilmiyahnya: khlorophyl, zat hijau daun, dari bahasa Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon = daun). Zat hijau pohon yang terdapat dalam seluruh bagian pohon yang hijau (jadi bukan di daun saja), menangkap photon dari matahari dan mengubah wujud tenaga photon itu menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar hidrokarbon di dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis.
Dalam proses photosynthesis oleh zat hijau pohon ini dari bahan baku CO2, air dan photon, dihasilkan makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen.
Selanjutnya melalui proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang serta mesin-mesin pabrik, makanan dan bahan bakar itu dengan oksidasi oksigen dari udara berubahlah pula menjadi CO2 dan air.
Demikianlah seterusnya daur atau siklus itu berlangsung. Tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia, binatang, dan mesin-mesin mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2.
Demikianlah oksigen dihisap/disedot dari udara, pada saat itu makanan dan bahan bakar, dibakar dengan oksigen dalam tubuh manusia dan mesin-mesin pabrik. Itulah makna yang menjadikan bagimu api dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu dapat membakar.
Di daerah yang beriklim dingin, sayur-sayuran ataupun buah-buahan yang menghendaki suhu yang lebih tinggi dari udara sekeliling, ditanam di dalam rumah kaca. Fungsi rumah kaca sesungguhnya adalah perangkap panas. Kaca adalah zat bening, tembus cahaya.
Photon dari matahari gampang menerobos masuk memukul molekul-molekul udara dalam rumah kaca. Akibatnya suhu udara naik dalam rumah kaca, udara pun bertambah panas. Kaca adalah pengantar panas yang jelek, sehingga panas yang timbul itu tidak gampang keluar menerobos atap maupun dinding kaca.
Maka, terperangkaplah panas itu dalam rumah kaca. Inilah efek rumah kaca. Dengan tingginya kadar CO2 yang dimuntahkan oleh pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor, maka permukaan bumi merupakan rumah kaca dalam skala global.
Ruang antara lapisan CO2 dengan permukaan bumi tak ubahnya ibarat ruang dalam rumah kaca, menjadi perangkap panas, oleh karena sifat gas CO2 sama dengan kaca, gampang ditembus photon, tetapi sukar ditembus panas. Itulah sebabnya CO2 disebut GRK.
Demikianlah pentingnya hutan lebat. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah dan permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan, dan tidak kering di musim kemarau. Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya daur: tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen,
yang membutuhkan CO2 - manusia dan binatang penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Itulah hubungannya antara emisi CO2 dan hutan lebat dalam konteks pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim menjadi liar. Wallahu a'lamu bisshawab
Sedangkan tekhnologi hubungannya sangat erat karena pemanasan global telah disebut dalam alqur’an akan terjadi. Dan tekhnologi telah meneliti dan memprediksikan melalui informasi yang terdapat di internet.
Dampak dari perubahan iklim diantaranya adalah gangguan terhadap siklus hidrologi (peningkatan intensitas hujan, perioda hujan yang pendek, tidak meratanya hujan, bencana kekeringan dan krisis air bersih, dan bencana banjir dan tanah longsor), peningkatan temperatur & permukaan air laut, mencairnya es abadi dan hilangnya glasier di daerah kutub, hilang dan tenggelamnya daerah pesisir dan pulau-pulau tertentu, peningkatan bencana ekologi pada daerah urban dan rural di pinggir pantai, peningkatan intersitas dan frekuensi bencana badai & agin topan, merosotnya produksi pertanian dan perternakan, emerging diseases yang dapat menuju epidemi dan pandemi peningkatan proses penggurunan daerah subur, ancaman kelaparan dan gagalnya pengentasan kemiskinan, hilangnya atau musnahnya biodiversity dunia, dan peningkatan kebakaran hutan.
Mitigasi dan adaptasi yang dapat dilakukan bersifat struktural dan non-struktural.
STRUKTURAL: Innovasi melalui teknologi, kembangkan banyak alternatif energi subsitusi, dan intensifkan rancang bangun green technology.
NON-STRUKTURAL: Susun kebijakan dan strategi yang doable, implementasikan strategi dan program, perkuat aspek law enforcement, adopt dan praktekan konsep kemudian jadikan filosofi aktifitas Reduce, Reuse, dan Recycle (3R), bangun pengertian dan kesadaran bersama untuk masa depan manusia dan lingkungan, bangun kerjasama lintas komunitas, lintas sektor, dan lintas negara dalam upaya mengurangi kesenjangan dan ketidakseimbangan.





















BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil dokumentasi dapat disimpulkan bahwa pemanasan global
adalah meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi akibat dari meningkatnya jumlah emisi karbon di atmosfer atau kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.
2. Sebab-sebab terjadinya pemanasan global
adalah karena ulah manusia itu sendiri yang meningkatkan kadar emisi karbon, meningkatkan efek rumah kaca dan menyempitkan hutan di dunia.
3. Dampak dari pemanasan global di dunia
adalah suhu bumi meningkat, perubahan iklim dunia, bencana yang terus-menerus berdatangan silih berganti, dan semakin banyak muncul penyakit-penyakit baru.
4. Cara mengatasi pemanasan global
adalah menggunakan sumber energi alternatif, memperbaiki hutan, dan mengurangi produksi barang-barang yang tidak dapat di daur ulang lagi.
5. Hubungan Pemanasan global dengan Agama, Sains, dan Tekhnologi
adalah sangat erat karena pemanasan global telah disebut dalam al- qur’an akan terjadi, dan sains yang telah mengetahuinya dengan perkiraan akan terjadinya proses kimiawi yang menjadi sebab pemanasan global serta tekhnologi yang membantu dalam meneliti dan memprediksikan pemansan global (para peneliti).

5.2 Saran
Dalam mengetahui masalah global warming atau pemanasan global kita harus memahami sebab dan dampak yang akan ditimbulkannya. Kita telah mengetahui pemanasan global sebenarnya baik bagi bumi agar tidak membeku tetapi bila terus meningkat bisa membuat bumi tidak seimbang dan terjadi berbagai bencana yang sudah timbul atau kita rasakan saat ini. Untuk itu kita harus melakukan pemahaman terhadap masalah ini dan dapat mengatasinya.



















LAMPIRAN-LAMPIRAN


Temperature bumi semakin Panas


















Keadaan Bumi Kita









Kebakaran hutan akibat suhu terlalu panas




Longsor akibat hutan gundul

Tidak ada komentar: