Jumat, 19 September 2008

AL KHAWARIZMI (780-846 M) - MATEMATIKAWAN MUSLIM

Tokoh yang bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (780-846 M) ini merupakan intelektual muslim yang banyak menyumbangkan karyanya di bidang matematika, geografi, musik, dan sejarah. Dari namanyalah istilah algoritma diambil.

Lahir di Khawarizmi, Uzbeikistan, pada tahun 194 H/780 M. Kepandaian dan kecerdasannya mengantarkannya masuk ke lingkungan Dar al-Hukama (Rumah Kebijaksanaan), sebuah lembaga penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Ma’mun Ar-Rasyid, seorang khalifah Abbasiyah yang terkenal.

Hisab al-Jabr wa al-Muqabla (Pengutuhan Kembali dan Pembandingan) dan Al-Jama’ wa at-Tafriq bi Hisab al-Hind (Menambah dan Mengurangi dalam Matematika Hindu) adalah dua di antara karya-karya Al-Khawarizmi dalam bidang matematika yang sangat penting. Kedua karya tersebut banyak menguraikan tentang persamaan linier dan kuadrat; penghitungan integrasi dan persamaan dengan 800 contoh yang berbeda; tanda-tanda negatif yang sebelumnya belum dikenal oleh bangsa Arab. Dalam Al-Jama’ wa at-Tafriq, Al-Khawarizmi menjelaskan tentang seluk-beluk kegunaan angka-angka, termasuk angka nol dalam kehidupan sehari-hari. Karya tersebut juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Al-Khawarizmi juga diyakini sebagai penemu angka nol.

Sumbangan Al-Khawarizmi dalam ilmu ukur sudut juga luar biasa. Tabel ilmu ukur sudutnya yang berhubungan dengan fungsi sinus dan garis singgung tangen telah membantu para ahli Eropa memahami lebih jauh tentang ilmu ini.

Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian ini dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan pada saat itu. Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.

Al-Khawarizmi juga seorang ahli geografi. Bukunya, Surat al-Ardl (Bentuk Rupa Bumi), menjadi dasar geografi Arab. Karya tersebut masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
Selain ahli di bidang matematika, astronomi, dan geografi, Al-Khawarizmi juga seorang ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, Al-Khawarizmi menuliskan pula teori seni musik. Pengaruh buku ini sampai Eropa dan dianggap sebagai perkenalan musik Arab ke dunia Latin. Dengan meninggalkan karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan terbesar pada zamannya, Al-Khawarizmi meninggal pada tahun 262 H/846 M di Bagdad.(dna)

Apa yang terdapat dalam bulan suci ini ?

Tidak terasa kita telah memasuki angka aman yang kedua di bulan ramadan ini.mudah-mudahan selama 20 hari yang terakhir kemarin semua ibadah kita diterima oleh alloh swt.dan kita memperoleh keberkahan di bulan ramadhan ini.serta kita dijadikan manusia yang suci setelah bulan ramadhan.seperti apa yang telah di contohkan oleh nabi dan para sahabatnya,

Menarik apa yang dilakukan para sahabat dalam menata kehidupannya setiap tahun. Kalau dalam dunia pendidikan dikenal istilah tahun ajaran, maka tahun ajaran hidup mereka diawali dan diakhiri pada bulan Ramadhan. Seperti diungkap Mualla bin Fadhl, mereka membagi dua belas bulan menjadi dua bagian. Enam bulan pertama mereka memohon kepada Allah agar bisa mendapati bulan Ramadhan dan bisa menjalankan ibadah di dalamnya dengan baik. Sedangkan, pada enam bulan kedua, mereka memohon kepada Allah agar puasa dan semua ibadah yang dilakukan pada bulan tersebut diterima. Ramadhan dijadikan masa pembuktian ibadah lima bulan sebelumnya, sekaligus sebagai masa persiapan menempuh hidup di enam bulan sesudahnya. Wajar bila sahabat menjadikan Ramadhan sebagai munthalaq kurikulum hidup. Pada bulan ini, Allah SWT memberikan berbagai keistimewaan yang tidak diberikan di bulan-bulan lain.


Keistimewaan Ramadhan

Pertama, pintu surga dibuka, sedangkan pintu neraka ditutup.
Disabdakan, Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup (HR Bukhari). Hadis ini bisa dipahami apa adanya, yakni pintu surga memang betul-betul dibuka dan pintu neraka ditutup. Atau bisa dipahami bahwa peluang masuk surga begitu besar, karena pada bulan ini, Allah SWT mensyariatkan banyak ibadah yang dapat membawa seseorang ke surga. Sebaliknya, peluang masuk ke neraka kecil, karena peluang bermaksiat kecil. Kedua tafsiran ini bisa diterima.

Kedua, setan dibelenggu.
...dan setan-setan pun dibelenggu. (HR Bukhari). Kalau setan dibelenggu, namun tidak demikian dengan hawa nafsu. Sehingga, potensi melakukan dosa tetap ada, walaupun tidak sebesar di bulan-bulan lain.

Ketiga, meningkatnya derajat ibadah.
Di dalam bulan ini, Allah SWT melipatgandakan derajat ibadah. Satu ibadah wajib dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali ibadah wajib di bulan lain, dan ibadah sunnah dinilai ibadah wajib.

Disabdakan, Barangsiapa bertaqarrub kepada-Nya (di bulan Ramadhan) dengan suatu kebaikan, ia bagaikan melakukan suatu kewajiban di bulan lainnya. Barangsiapa melakukan suatu kewajiban pada bulan ini, maka ia sama dengan orang yang melakukan tujuh puluh kali amalan wajib di bulan lainnya." (HR Ibnu Khuzaimah). Dalam hadis lain dikemukakan satu tasbih di bulan ini sepadan dengan seribu kali tasbih di bulan lain (HR Tirmidzi).

Keempat, dosa-dosa sebelumnya dihapus.
Segala macam ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan menggugurkan dosa. Seperti shalat dan puasa. Mengenai shalat, Rasulullah SAW bersabda, shalat lima waktu, dari Jumat ke Jumat berikutnya, dari Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa di antaranya, apabila ditinggalkan dosa-dosa besar (HR Muslim). Tentang puasa, Rasul bersabda, Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (Muttafaq 'Alaih).

Makna Ramadhan

Agar Ramadhan bermakna, kita harus bersiap diri menyambut kedatangannya. Ada beberapa persiapan yang bisa dilakukan:

Pertama, memupuk kerinduan dan kecintaan terhadap Ramadhan.
Salah satunya dengan berdoa. Rasul mencontohkan sebuah doa menjelang Ramadhan, Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'baan, wa ballighnaa Ramadhaan. Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah kemi pada bulan Ramadhan.

Kedua, menyiapkan diri dengan baik.
Hati, akal dan fisik harus dipersiapkan. Hati dipersiapkan dengan memperbanyak ibadah, seperti shalat sunnah, saum sunnah, dzikir, dsb. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW memperbanyak saum sunnah sebulan sebelum Ramadhan. Diceritakan 'Aisyah, Saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan saumnya kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak saumnya kecuali pada bulan Sya'ban (HR Muslim).

Akal dipersiapkan dengan mendalami berbagai ilmu yang terkait dengan Ramadhan. Ilmu dan keikhlasan menjadi faktor penentu diterima tidaknya sebuah amal. Demikian pula ibadah Ramadhan. Tanpa ilmu seseorang berpotensi melakukan kesalahan. Ia menganggap bahwa ia sedang beribadah yang benar, padahal sebaliknya. Fisik juga harus dipersiapkan dengan menjaga kesehatan, kebersihan, olahraga dll. Sehat itu penting karena orang sakit tidak bisa menjalani Ramadhan dengan optimal. Padahal keberkahan Ramadhan dapat diraih, apabila ia mampu beribadah dengan optimal. Tidak lupa, harta juga harus dipersiapkan. Jangan sampai, kekhusyukan ibadah terganggu oleh kesibukan mencari nafkah. Apalagi sampai menganggu sepuluh akhir Ramadhan yang sangat berkah.

Ketiga, merencanakan peningkatan prestasi ibadah dibanding Ramadhan yang lalu.
Buat perencanaan global dan rinci. Tentukan target tiap-tiap ibadah, misalnya khatam Alquran dua kali, menghafal tiga surat panjang, dsb. Selain untuk diri sendiri, buat pula perencanaan aktivitas sosial yang positif seperti memberi makanan pembuka bagi orang miskin, buka bersama dengan anak yatim, mengadakan pengajian Nuzulul Quran, memperbaiki hubungan keluarga, dan lainnya.

Dengan menyiapkan segala sesuatu sebelum kedatangannya, mudah-mudahan kita bisa mencicipi hidangan Allah pada bulan Ramadhan sekaligus meraih keberkahannya. Sebab kesuksesan sebuah perbuatan sangat ditentukan oleh jelasnya tujuan dan matangnya persiapan.

Wallaahu a'lam.

Kamis, 18 September 2008

It's About Friends ... ... ... ..

By : Kristin Ayu S

Walaupun kita punya pacar, teman tetap paling setia
walaupun kita punya harta, teman tetap paling berharga
walaupun kita berjauhan, tapi selalu terkenang di hati.
" YOU ARE MY BEST FRIEND "

senyap tak berarti hilang.
diam tak berarti lupa.
jauh tak berarti putus.
karena diantara kita ada satu ikatan .....
" PERSAHABATAN "

By : Mb.Mamik

jika hati adalah istana maka cinta adalah singasananya
ketulusan dan kesetiaan adalah tahta
senyum seorang sahabat adalah piala yang terindah.

By : Tinwarul A

tuhan boleh hentikan nadiku
tuhan boleh habiskan nafasku
tuhan boleh ambil kembali nyawaku
tapi aku mohon tuhan, jangan biarkan teman-temanku melupakanku

The Organic Farming

Big Farms Can Make the Leap to Organic Farming, Study Suggests
Erin Digitale, special to mongabay.com
June 4, 2008





Large fruit and vegetable growers can adopt the methods of small-scale organic farms while maintaining crop yields, keeping pests in check, and improving the health of their soil, researchers report in the July 2008 issue of Agriculture, Ecosystems and Environment.

As organic produce sales sprout up, more farmers want a piece of the pesticide-free action. To obtain organic certification, farms must use exclusively organic techniques for three years. The transition to organic cultivation is daunting: In that three-year period, growers shoulder the risks of new farming methods, but can't benefit from the market premium garnered by certified organic produce. The shift is especially tricky for large farms, since most organic techniques were devised with small farms in mind.

But melding organic techniques with ideas from big-farm management helped one grower navigate the jump, the new study says. This success could point the way toward cheaper, more widely available organic produce, and away from environmentally damaging fertilizers and pesticides.

"We have spent 50 years researching chemical-based agriculture," said study author Sean Smukler, a doctoral student in the department of Land, Air, and Water Resources at the University of California, Davis. "Yields are way up." But there's no reason to believe organic techniques are inherently inferior, he added. "We just haven't done the research."


Organic romaine lettuce planted with "insectary" strips of cilantro. The cilantro attracts beneficial insects to the field. Photo: Sean Smukler.
Smukler and his colleagues are tackling that research deficit. Between 2000 and 2003, they worked with a large vegetable grower in California's Salinas Valley to convert 215 acres to organic operations. The scientists tracked the farmers' efforts to tailor traditional organic methods to a large farm.

Organic farms typically use small, intensively managed plots to keep pests in check and yields up, Smukler explained. Conventional farms, in contrast, usually plant one crop over a big area.

Big organic operations have to find the middle ground.

"The tradeoff is having [plots] small enough that they're not destroyed by insects and disease, but big enough to manage efficiently," Smukler said. "That's a trick."

At the start of their organic venture, the farmers planted many small plots with a wide variety of vegetables, including broccoli, celery, fennel, and several kinds of salad greens and herbs, all suited to the Salinas Valley's cool Mediterranean climate. Over time, they figured out which vegetables did best, dropped less-successful varieties from their repertoire, and planted medium-sized plots of the top crops.

The farmers also balanced conventional and organic approaches to fertilization and pest control, Smukler said. Conventional techniques call for factory-made potions, while organic farmers usually stick to local materials — their own compost, for instance. In the study, the farmers boosted the fertilizing power of local manure and compost with factory-made organic fish fertilizer. They also planted off-season cover crops that got plowed back into the soil.


The study was conducted on a working organic farm in California's Salinas Valley. Photo: Sean Smukler
These techniques improved two important indicators of soil health. After three years of organic farming, the soil had more microorganisms, a change thought to help crops use nutrients more efficiently. The microbes turn over soil nutrients quickly, increasing the chance that nutrients will be available when plants need them, Smukler said. "Microbes are driving the process."

As the study progressed, crops also had more mycorrhizae on their roots. Mycorrhizae are fungus colonies that set up symbiotic relationships with their host plants, supplying the crops with growth-boosting nitrogen and zinc in exchange for sugar.

The farmers struggled with organic pesticide sprays. "They'd have these insect outbreaks, and go out and spray, but the organic materials just don't do it," Smukler said. Eventually, instead of trying to clobber established outbreaks with sprays, as they did in the pre-organic days, the farmers grew strips of "insectary" plants near their crops to harbor friendly bugs that help control pests. They rotated crops to discourage infestations, and old-fashioned hoeing by hand took care of most weeds.

Crop yields improved over the three-year study, but the study did not directly compare conventional and organic yields, Smukler said. However, he's enthusiastic about the potential of organic methods to grow enough food to feed the whole world. Claims that organic farming is inefficient are a red herring, he says.


UC Davis researchers harvest lettuce from an organic field for biomass and nutrient analysis. Photo: Sean Smukler.
"Synthetic fertilizers cost a lot of money and a lot of energy," he said. "The people that are starving? It's because they can't afford synthetic fertilizers. If you figured out a way to better manage farms organically, with materials people actually have — manure, cover crops — that could make a dent in world food crisis, which is upon us."

Some research already shows organic yields equaling conventional ones, said Andrea Samulon, who works on agribusiness campaigns for the environmental and human-rights organization Rainforest Action Network. "There's disinformation that organic, sustainable production yields less, and will not be as economically viable as conventional produce," she said.

Samulon would like to see farm subsidies aimed at helping farmers go organic. "It's like jumping into a great black hole," she said to explain farmers' view of the transition to organic operations. "They may face a decrease in production for a couple of years, and there's not a lot of government help to make that leap."

As rising oil prices increase the cost of synthetic pesticides and fertilizers, more farmers will need "minimum-input" organic techniques to survive, Smukler predicts. "Sustainable agriculture means way more than just environment and financial results," he said. "It's the social result as well."